Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengklaim program Jaklingko yang dibentuk sejak 2018 menjadikan warga Jakarta lebih sejahtera. Hal itu karena, kata Anies di Jakarta, Kamis, dengan tarif Rp5.000 per tiga jam melalui kartu Jaklingko, penumpang bisa naik angkutan umum seperti TransJakarta dan angkutan perkotaan (angkot) berkali-kali tanpa ada biaya tambahan.
"Di Jakarta ini hampir bisa dikatakan pengeluaran keluarga bisa sampai 30 persen untuk transportasi. Jadi, terima uang bulanan itu 30 persennya bisa habis untuk transportasi," kata Anies. Selain lebih hemat, lanjut Anies, keberadaan Jaklingko juga mendorong masyarakat beralih naik angkutan umum, terutama bus TransJakarta. Pada akhir 2016, jumlah penumpang TransJakarta mencapai 340.000 orang per hari, kemudian pada 2020 naik 3,5 kali lipat menjadi satu juta lebih penumpang.
"Kalau armada kami tambah artinya punya uang, tapi kalau penumpang itu tambah artinya ada perubahan perilaku warga Jakarta. Dari naik kendaraan pribadi berubah menjadi naik kendaraan umum,” kata Anies. Dengan perubahan itu, lanjutnya, maka biaya hidup warga menurun karena pengeluaran mereka untuk transportasi jauh lebih rendah. Dengan kata lain, tegas Anies, harapannya mereka bisa lebih sejahtera karena anggarannya bisa digunakan untuk kebutuhan yang lain.
Sistem Jaklingko ini, kata Anies, tidak hanya menguntungkan masyarakat, tapi juga para sopir dan pemilik kendaraan yang pendapatannya lebih pasti karena DKI telah membayarnya berdasarkan satuan kilometer. Sementara sopir tidak perlu mengejar setoran, untuk pemilik kendaraan akan merasa tenang karena mobilnya lebih terawat melalui pendapatan yang terprediksi dengan baik. "Untuk angkot misalnya dalam kerja sama dengan Jaklingko mereka tidak lagi dihitung pendapatannya berdasarkan jumlah penumpang, tapi dihitung berdasarkan kilometer per hari, sehingga angkotnya tidak ngetem. Karena dia ditargetkan satu hari sekian kilometer, misalnya minimal 90 km maksimal 110 kilometer, itu tidak boleh lebih dan kurang. Jadi, ada penumpang atau tidak ada penumpang dia akan berkeliling terus," ucapnya.
Anies juga menjelaskan penamaan Jaklingko yang disebutkannya Jak memiliki makna Jakarta, sedangkan kata Lingko diambil dari bahasa daerah Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang artinya sistem distribusi irigasi persawahan berbentuk jaring laba-laba, telah diusulkan diadopsi masuk Bahasa Indonesia. "Bahasa itu kami usulkan untuk diadopsi menjadi Bahasa Indonesia. Alhamdulillah sekarang sudah diakui sebagai Bahasa Indonesia jadi Jaklingko. Dengan Jaklingko ini seluruh operator angkot semuanya, termasuk bus menengah semuanya beroperasi dalam satu sistem," ucap Anies.
Pewarta: Ricky PrayogaEditor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2021